Thursday, December 30, 2004

naik bus ekonomi

dulu aku selalu memilih naik bus patas, meski hanya jarak dekat malang- surabaya. Alasannya biar lebih nyaman. tapi akhirnya aku menemukan keasyikan tersendiri saat naik bus ekonomi, bukan hanya lebih murah (bisa sampai 50% lho!), tapi juga hal-hal yang terjadi di bis itu. emang sich ga seseru waktu naik Kereta MatraMaja Malang-Jakarta dulu.

Misalnya para pengamen yang menyanyikan lagu-lagu balada, gubahan para pengamen sendiri. isinya sering kali sindiran-sindiran uantuk penyadaran kita. Tapi paling sebel kalo yang ngamen ga profesional blas, suaranya fales pol! Malah aku 2x ketemu orang gagu (atau pura-pura gagu?) nekat nyanyi. yang bener aja! Kalo yang asal-asalan gini males aku ngasih uang. Biasanya (kalo ga lupa) aku emang menyiapkan recehan untuk mereka.

Ada juga orang jualan barang-barangyang fantastis murahnya. mana yang dijual kadang lucu-lucu, seperti pensil segede stik drum! Apa mereka juga jual kacang segala rasa dan coklat kodok ya? (emangnya di kereta hogward express!)

Sunday, December 12, 2004

semua orang adalah guru (dirumah bag 4)

kata-kata ini aku ambil dari syair seorang pengamen di bis. aku setuju sekali dengan pendapat itu. sesederhana apa pun orang itu, pasti ada hal yang bisa kita pelajari dari dia. pelajaran yang mungkin lupa atau belum diajarkan oleh orang lain.

memang mudah untuk belajar pada seorang guru, pelatih, tentor, dosen, profesor, dan orang-orang yang kita yakinin lebih hebat dari kita, apalagi memiliki skill untuk menularkan ilmu ke kita. Tapi dengan orang-orang yang sederhana? yang mungin ga pernah seklolah sama sekali? Wah butuh kerendahan hati yang cukup untuk bisa. Pertama kita harus cukup rendah hati untuk menerima pemikiran-pemikiran mereka. Kedua kita harus cukup rendah hati untuk membuat mereka percaya bahwa kita mau mendengarkan dan memahami pemikiran mereka, bukan melecehkan. Boleh dikata rendah hati adalah ramuan pemunah halangan antara kita dan mereka.

yang paling aku suka pelajari dari orang-orang sederhana itu adalah kesederhanaan itu sendiri. bagai mana orang-orang yang menurut kita powerless bisa kuat bertahan menghadapi kejamnya dunia. waktu aku dipercaya jadi konsultan p[abrik keramik rakyat, aku merasa tabjub saat mempelajari kehidupan buruhnya. mereka digaji kurang dari umr, rata-rata 300-an ribu. tapi mereka masih bisa becanda dan menghadapi hidup tanpa banyak mengeluh. mereka masih bisa menghidupi keluarga dan menabung, asih bisa kencan bagi yang masih bujang sekaligus menyisihkan uang untuk menikah (hal yang belum bisa aku lakukan). hebatnya mereka masih bisa menyisihkan uang untuk berhibur meski sekedar main ps beberapa jam dalam seminggu. salutnya lagi ketika temanku menawari mereka untuk belajar komputer (yang udah tamat smp) mereka tampak antusias, dan bahkan mereka lebih cepat menguasai materi dari yang kami duga.

tentu saja kita tidak berharap hidup seperti mereka, tapi kita bisa belajar bagai mana mereka begitu pandai memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.

menur si undur-undur (dirumah bag 3)

menur keponakanku yang paling kecil, baru 7 bukan hampir 8. Saat ini b aru belajar merangkak, agak sulit karena badannya gemuk. Dan entah mengapa alih-alih maju malah merangkak mundur. Makanya aku sebut dia undur-undur. Pernah aku coba mengajari dia dengan menunjukkan dia cara merangkak maju, tapi dia malah tertawa-tawa ga mudeng. lalu dicoba dengan memanggil dia dari arah depan dan menarik perhatiannya dengan mainan. alih-alih berusaha maju, dia memutar tubuhnya agar membelakangi lalu merangkak mundur. setelah sampai dia berputar kembali ke arah mainan itu! dasar!

Menur mudah sekali dekat dengan siapa saja, baik saudara maupun bukan. Malah dia senang menarik perhatian orang agar di gendong dan diajak jalan-jalan. Menur memang senang diajak jalan-jalan meski hanya keliling kampung. makanya kalo liat ibu, nenek, atau budhe nya pake jilbab pasti bingung minta di gendong, soale jilbab itu dresscode kalo mereka mau keluar rumah.

Kesenangan ini membuat menur tidak dekat sama aku, soale aku cuma menggendong dia di dalam rumah atau paling banter ke halaman. Masalahnya dia selalu berusaha merebut kaca mataku, makanya aku ga bisa menggendong dia dengan mengenakan kacamata. Tanpa kacamata aku ogah keluar jauh, habis ga nyaman sich!

tapi hari ini menur akan kembali ke banjarmasin. untuk itu aku rela ngajak jalan-jalan dia keliling kampung tanpa kacamata. tapi tetep ga berani jauh, lebih banyak di lorong-lorong kampung untuk menghindari pandangan jauh yang menyakitkan mataku. Aku heran menur mau menciumi aku (sampai basah kena ludahnya). biasanya dia hanya menciumi mamanya. tapi hari itu dia juga menciumi budhenya, serta neneknya. mungkinkah anak sekecil itu tahu kalo kami akan berpisah?

siang itu menur dan ibunya + omnya yang menjaga mereka leaving on the jet plean .... waktu ngantar tanpa sadar aku nyanyi itu ha .....

bermain bayang-bayang (dirumah bag 2)

tiba-tiba listrik di rumah padam. Maklum di desa, kalau hujan lebat apalagi disertai angin kencang aliran listrik sering terputus. Kebanyakan karena dahan-dahan pohon yang melambai-lambai ditiup angain menjawil kabel listrik. Jadi gawat kalo pohon itu roboh sekalian mengenai kabel/tiang listrik. wah perbaikannya bisa lama. Pernah juga travo pembagi jebol gara-gara kabel listrik yang melintasi area persawahan tersambar petir.

malam itu lampu minyak yang usianya hampir sama denganku kembali bertugas menerangi isi rumah. Iseng-iseng aku membuat bayangan gestur tangan yang dulu sering aku lakukan saat masih kecil. tapi keponakanku langsung teriak,"bukan begitu, tapi begini" (sambil membuat gestur lain)

"itu bayangan apa?"tanyaku
"kijang"jawab mereka
"om bikin jerapah!"kataku sekenanya.

lalu aku coba bikin bentuk lain, "ini kupu-kupu, ini merak ...."

keponakanku ga mau kalah mengambil kotak pensil alalu membentuk bayangan."ini mobil"

ga tau berapa banyak bayangan yang kami bentuk malam itu. yang pasti tidak banyak karena listrik padam taklebih dari satu jam.

stiker lama (di rumah bag 1)

di rumah aku menemukan stiker yang aku tempel saat masih kecil. ada yang dijendela kamar, ada yang di pintu lemari, dan ada juga yang di kaca pifet. heran kok masih ada ya, ga rusak, hanya sedikit pudar warnanya.

yang tertua stiker kaca dari plastik mika tebal bonus majalah bobo. gambar bobo lagi naik mobil kayu berbentuk tank. lalu sepasang stiker kaca dari plastik juga, tapi tipis, hadiah dari john salon. keduanya aku peroleh saat aku masih tk, berarti sekitar tahun 78/79. waktu masih tk aku hanya mau di potong di salon. gaya ya? stiker kaca lain gambar robot voltus V, kalo ga salah itu kelas 4 sd. sekitar tahun 84-an, saat voltus v lagi ngetop-ngetopnya!

stiker kertas yang masih ada bergambar upik lagi naik kuda-kudaan kayu. seingatku itu udah tahun 85 an, aku masih ingat karena saat itu langganan boboku sempat terhenti karena masalah ekonomi.

ah, bikin terkenang masa kecil aja ya!?