Sunday, May 02, 2010

Kasih ibu


Kasih ibu sepanjang jalan (foto Devi+Torik dan Moli+Titi

Labels:

Friday, March 19, 2010

Tentang Persahabatan

Yang paling indah adalah persahabatan...!

Labels:

Sunday, October 25, 2009

My education Part I - TK-SD Katrok!

Sekolah pertama ku di TK RA Masitoh. Kira-kira hampir 1 km dari rumahku. Tapi kami berangkat ke sekolah jalan kaki. Habis mau gimana lagi, ga ada angkutan umum ke sana. Dan ga punya kendaraan sendiri. Waktu itu ga banyak yang punya sepeda, apa lagi sepeda motor. Berangkat penuh semangat diantar nenek, bersama teman-teman seangkatan yang hampir semuanya cewek. Anak-anak cowok dikampungku kebanyakan ga di masukin TK. Makanya semua teman cowokku dari kampung lain.

TK ku waktu itu ndeso banget. Katrok poll! Kami tidak memakai seragam. Sering kali aku ikuti saja seragam SD. Tapi lebih sering lagi baju bebas! Tidak semua yang sekolah pakai sepatu. Sebagian ga pakai alas kaki sama sekali. tidak ada meja, yang ada hanya kursi untuk 1 anak atau bangku panjang.. Malah ada 2 kursi yang kemudian diantaranya dihubungkan papan agar bisa ada banyak anak yang bisa ikut duduk.

Boleh dibilang sekolah kami sebenarnya adalah rumah kayu yang dipaksakan jadi sekolah TK.
Dinding kelas masih dari anyaman bambu, itu pun berlobang. kadang taman-taman kami yang tidak sekolah ikutan liat dari luar. Seingatku waktu itu lantainya pun masih dari tanah. Tidak ada jungkat-jungkit, ayunan atau permainan lain yang biasa ada di TK sekarang pada umumnya. Mainan yang disediakan pun mainan plastik murahan.

Teman-teman cowok ku sebagian besar bandel-bandel. Hampir setiap hari ada saja yang berantem. Bahkan aku masih ingat pernah ada temanku yang sampai berdarah-darah. Entah mereka berantem seperti apa kok bisa berdarah-darah begitu.

Pelajaran yang paling aku suka 2: yaitu jalan-jalan dan makan bersama. Jalan-jalan biasanya kita diajak keliling kampung di sekitar sekolahan, melewati sawah, ladang dan kuburan! Kalo jadwal makan bersama datang, semua anak wajib bawa piring dan sendok sendiri, karena semua piring di rumahku dari beling atau keramik, maka aku selalu meminjam piring tetanggaku yang terbuat dari seng. Jaman itu belum ada melamin. Seringkali hal-hal lucu terjadi, mulai dari isi piring yang tumpah, sampai tahu yang dipatok ayam dan dibawa kabur sama ayam nakal itu.

SD ku hanya 3 rumah dibelakang rumah ku. Ibaratnya dengar bell langsung lari berangkat pun aku ga bakalan telat. Bahkan kalo ada buku atau alat tulis yang ketinggalan pun aku tinggal minta ijin pulang sebentar. Satu hal yang sangat aku sukai dari kondiri ini, uang jajan ku awet. Kalo lapar tinggal pulang ke rumah, makan. paling sering mengambil gula merah/jawa dimakan sebagai ganti chocolate ha ha ha ha! Toh jajanan di sd ku saat itu terbilang sederhana dan home made. Yang buatan pabrikan cuma itu-itu aja. Paling permen, belum ada snack murahan, chiky snack (yang logonya ayam itu) masih terasa mahal.

SD ku sudah dibangun dengan tembok full! katanya sich dulu swadaya rakyat, jadi bukan sd impres. Awalnya cukup memprihatinkan juga banyak lantai berlubang, sehingga harus kita siram dulu pakai air biar ga berdebu. Di tembok antar ruang kelas ada jendela di atas. ga tau fungsinya untuk apa. Bagi kami fungsinya adalah untuk lempar-lemparan kapur (atau kerikil dari lantai berlubang) antar kelas, nakal ya? Tapi tidak ada yang lebih nakal dari pada mengempesi ban sepeda motor guru olah raga. Dan aku adalah salah satu pelakunya!

Satu-satunya lokal yang bagus adalah kelas 1 karena emang baru, lantainya sudah tegel. Kerusakan yang ada selalu diatasi dengan gotong royong, bahkan ada meja kursi hasil sumbangan dari wali murid, baik diminta atau tidak. Aku masih ingat ada ayah temanku yang ke sekolah bawa meja kursi sebagai terimakasih pada sekolah karena anaknya yang biang onar nakalnya minta ampun tetap diijinkan sekolah dan dibina disana. Mengharukan.

Ketika aku kelas 5, SD ku di rehab berat. Maka kami tidak bisa sekolah lagi disitu. Kelas 1 dan 2 bergantian sekolah di ruang tamu salah satu tetanggaku yang besar ukurannya. Kelas 3 pun bernasib sama, dititipkan di kelas dadakan dari rumah penduduk. Hebatnya aku dengar penggunaan ruang itu free, alias ga minta uang sewa. Sungguh hebat semangat kebersamaan saat itu.

Anak-anak kelas 4-6 ikutan sekolah di SD Trasan IV yang masih baru. Sekolah mereka baru berumur 3 tahun, jadi kelas 4-6 masih kosong. Jadi kami menempati ruang itu. Jarak rumahku ke sekolah itu lebih dari setengah kilo meter. Menyeberangi hamparan sawah. Merepotkan juga, biasanya berangkat santai, sekarang harus berangkat lebih pagi, dan tidak boleh ada alat tulis atau buku yang ketinggalan, soale ga bisa cepat ambil dengan lari kerumah lagi ha ha ha ha. Yang menyedihkan aku tidak bisa lagi menghemat uang jajan ku karena pasti terpakai. Kalo ga jajan ya laper. Aku selalu membawa air minum dari rumah, karena udah ga bisa "pulang sebentar untuk minum"

Setelah hampir setahun SD kami akhirnya selesai di rehab. Tidak ada lagi acara gotong royong untuk memperbaiki kerusakan. Paling cuma acara gotong royong bersih-bersih masal. kami bisa lebih konsentrasi untuk ikuti EBTANAS. Dan episode berikutnya pun dimulai => sekolah menengah

Sunday, October 04, 2009

Hari batik

Menjelang tanggal 2 Oktober, face book udah rame soal batik. Soale tanggal itu Batik Indonesia mendapat pernyataan resmi dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Rasa bangga, bahagia, dan syukur diwujudkan dengan ajakan untuk kompakan pakai baju batik. Kalo kita yang udah biasa pakai baju batik tiap jumat, perasaan itu jadi kurang. habis udah jadi kebiasaan kalo hari jumat pake batik.

Jadi ingat 3 tahun lalu ktika pertama kali harus pake batik tiap hari jumat. Waktu itu aturannya masih untuk SAE ke atas. Waktu itu banyak yang tidak nyaman bahkan protes dengan aturan itu. Bahkan ada yang mengolok-olok: "kayak pak Camat"

Aku termasuk yang menyambut aturan itu dengan suka cita. Soale kalo pake batik rasanya lebih nyantai tapi tetap stylish dari pada pake hem berdasi. Rasanya juga jadi nyaman karena leher ga diikat dengan dasi. Hem juga ga perlu dimasukkan ke celana, nanti masalah dikira kayak anak sekolah.

Karena aturan awalnya hanya SAE keatas yang harus pake batik (bahkan terkesan hanya SAE keatas yang boleh pake batik), jadinya malah lucu. eaktu prospek marketingnya pake dasi, managernya pake batik. Seolah-olah justru managernya itu pengawalnya ha ha ha. Akhirnya aturan direvisi, setiap hari jumat semua pake batik.

Ketika pindah ke Balikpapan, staff sini pada kagum karena kita dianggap bisa mengikuti kebiasaan lokal tiap jumat pake batik. Ternyata disini swasta dan negeri tiap jumat pake batik, meski tidak semua swasta begitu. Anehnya disini lebih banyak yang pake batik jawa dari pada batik lokal. Soale batik jawa lebih mudah ditemukan dan murah karena batik printing. malah mereka sendiri bilang motif batik jawa lebih bagus. Di kantor cabang balikpapan aturan soal batik diperlunak. Kalo dulu harus lengan panjang, sekarang lengan pendek pun boleh. Ga ada pengumuman resmi sich, tapi brance manager nya pernah pake lengan pendek ya akhirnya yang lain ikutan he he he. Tapi aku sich tetep kekeh dengan batik lengan panjang.

Aduh jadi tambah cinta dengan baju batik. Sayang baju batikku selama ini semua printing. Lagi cari-cari batik tulis di internet, jadi kalo ada rejeki bisa langsung order. So pasti keren! Oh ya, foto itu adalah foto 3 tahun lalu ketika pertama kali aturan pake batik berlaku di surabaya.

Thursday, October 01, 2009

Berburu nyamuk

Namanya juga rumah deket kebun kangkung, sebersih apa pun pasti dech banyak nyamuk. Soale anak cucu vampire ini emang bersarang dan berkembang biak di kebun kangkung. Induk-induk mereka bertelur di genangan air kebun kangkung, menetas dan berkembang menjadi jentik-jentik disitu. Setelah bermetamorfosis menjadi nyamuk mereka terbang menyebar mencari mangsa, bahkan mereka juga masih bisa bersarang di pohon-pohon kangkung.

Makanya percumah saja usaha menyemprot nyamuk yang ada dirumah dengan obat nyamuk. Yang didalam mati, saudara-sadaranya yang diluar datang menggantikan. Apalagi semprotan nyamuk itu ga cukup efektif karena nyamuk-nyamuk itu bisa menemukan tempat persembunyian yang aman dari racun itu. Terutama di antara baju-baju yang digantung diluar lemari (lemarinya udah ga cukup). Malah semprotan itu menimbulkan noda di baju. Belum lagi habis menyemprot kita harus mengungsi keluar dari ruangan guna menghindari racun yang masih mengambang di udara.

Sering kali aku berfikir menepuk nyamuk jauh lebih efektif membunuh nyamuk dari pada menyemprotnya! Tapi susah juga kalo harus berburu nyamuk dengan menepuknya. Belum lagi bercak darah yang ditimbulkan. Beberapa sudut lemari, ranjang dan tembok sudah bernoda merah darah. Trus gimana dunk?

Solosi lainnya adalah raket nyamuk. Pak Bli Liga yang berbaik hati membeli raket nyamuk. Bentuknya emang sama dengan raket, bedanya senarnya adalah kasa logam yang dialiri listrik dari batu baterai di tangkainya. Kalo ada nyamuk yang lagi terbang kita tepuk dengan raket itu bunyinya "prek" lecutan listrik yang membakar di nyamuk-nyamuk nakal.

Sejak raket itu datang, setiap malam dan pagi bangun tidur selalu bli Liga keliling kamar membawa raket nyamuknya, menginspeksi setiap tempat yang dicurigai sebagai sarang nyamuk, terutama baju-baju yang digantung dan celana-celana yang digantung, apa lagi kalo warna hitam. Kadang-kadang kalo aku lebih duluan datang dari dia aku duluan menginspeksi. Ternyata seru juga ya berburu nyamuk itu?

Emang sih nyamuk yang datang tetep lumayan banyak, tapi setidaknya populasi mereka berkurang cukup drastis. Apalagi banyak nyamuk yang gagal membawa darah hasil perburuannya sehingga mereka ga sempat berkembang biak. Lama-lama terasa juga berkurangnya nyamuk. Meski ga bisa menekan sampai titik nol tapi syukurlah berguna juga tuch raket nyamuk.

Sunday, September 27, 2009

my education

Ini dia awal aku mendapat pendidikan resmi. Pertama-tama di TA RA Masyitoh. Tempatnya cuma beda RW dengan rumah ku. Cuma? Wah ternyata jauh juga. Tapi karena itu masih anak kecil ya ga kerasa, biar pun pulang pergi jalan kaki. Apalagi kalo jalannya sambil main-main khas anak kecil. Paling sering adalah main: dulu-duluan; duluan pegang tiang listrik .... dulu duluan pegang pohon mangga .... Wal hasil perjalanan bisa menjadi cepat sekali.

Kalo SD ku dekat banget sama rumah, masih satu RT, jarak 3 rumah di belakang rumahku. Ibaratnya kalo berangkat saat dengar bell masuk pun aku ga telat, tinggal lari aja (kadang-kadang aku gitu). Kalo buku nya telat tinggal minta ijin bentar, lari kerumah untuk mengambil. Kalo istirahat tinggal pulang kerumah makan, ga perlu jajan (walau kadang-kadang tetep jajan karena ingin). Malah kalo jselesai adwal pelajaran olah raga, teman-temanku suka mampir ke rumah minta minum air putih.

Masa SMP kulalui dengan sangat berbeda. Sekolahku jauh dari rumah, 3 km, mesti naik angkutan umum. Sistem pendidikannya pun sangat berbeda karena SMP ku adalah sekolah Kanisius, yang basis pendidikannya adalah Katholik. Belum lagi suasana ndeso di seolah ku sebelumnya berubah menjadi "kutho". Aku ga bisa menghemat uang jajan dengan pulang kerumah untuk makan, jadi kalo mau menghemat uang jajan ya ga usah jajan. Kadang aku malah nekat pulang jalan kaki untuk menghemat uang angkutan. Lumayan, buat beli-beli sesuatu yang aku inginkan. Maklum alu bukan anak orang kaya yang semua keinginannya dengan mudah dipenuhi. (tapi aku tidak pernah menyesal jadi anak kedua orang tua ku lho!) Muali berkenalan dengan olah raga "kota" seperti basket dan tenes. Mulai jalan-jalan di pertokoan dan supermarket alih-alih kebun dan sawah ha ha ha ha ..... Kadang aku merindukan teman-temanku di SMP, dimana ya mereka? seperti apa mereka sekarang? Sayang semua sudah lenyap tanpa jejak bagai ditelan bumi.

SMA ku lebih jauh lagi, harus naik angkutan umum 2 x, tapi kadang aku jalan kaki lewat jalur pintas hingga menghemat 1 x angkutan. Lumayan bisa menghemat uang transport. Uangnya dikumpulin buat beli sesuatu (kadang tiket gedung bioskup kalo lagi ada film bagus). Awal masa remaja, serunya .... syukurlah beberapa teman sudah terjalin kembali komunikasinya via face book

Kuliah? Wow lebih jauh lagi, lain procinsi, di Unibraw Malang. Mulai dech kedewasaan dan kepekaanku terasah. bener-bener harus survive! Moment wisuda begitu tak terlupakan, haru ketika akhirnya bisa berbaris memasuki gedung samantha krida dengan mengenakan pakaian toga. Teringat betapa banyak aral melintang yang harus dilalui, kehabisan uang, sakit hingga nyaris merenggut jiwaku, kecelakaan dan kehilangan banyak darah, ga lulus ujian smester, patah hati, ah pokoknya banyak dech. Jadi bahagia waktu melihat ibu menatapku dengan bangga dan bahagia, terharu teringat ayah yang sudah meninggalkanku sejak kelas 1 smp. Seandainya beliau masih ada .....

Mungkin aku tidak akan bisa menikmati dunia pendidikan lagi, tapi semoga anak-anakku nanti akan mendapatkan yang lebih banyak dan lebih baik dari ku. Amin.

Hukum positif Pygmalion

dari catatan kisah-kisah inspiratif, semoga bisa diambil hikmahnya

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel.
Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."

Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu."
Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus- bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu."

Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,

Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.


Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal

.


Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.

Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain.
Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi
hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan
menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive

people only........ .....how nice!!!!